Selasa, 05 Mei 2015

Cinta Sepihak dan Move On

Sebenarnya saya agak tak senang menulis tentang kedua topik ini. Cinta sepihak selalu membawa tone sedih, sementara move on selalu membawa persoalan tentang beratnya mengiklaskan kehilangan.

Jika anda sedang galau pada dua situasi itu, mari kita temukan sedikit kata – kata yang punya tone menghibur. Mari mulai dengan sedikit teori tentang falling in love.

Saya punya analogi tersendiri terkait hal ini. Saya menyebutnya the spectrum of love. Saya merumuskan ini dari teori spektrum cahaya dari Neils Bohr yang menggagas perkembangan teori atom modern. Dalam teorinya, Neils Bohr mengemukakan bahwa atom – atom netral dalam keadaan dasarnya (ground state) memiliki energi yang stabil. Apabila pada atom itu dikenai sejumlah energi atau foton, maka elektron pada atom tersebut akan tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi (excited state). Hanya saja, elektron pada excited state tidak stabil, sehingga cenderung untuk kembali ke ground state-nya. Pada saat kepulangan itu, mereka melepaskan sejumlah energi yang teramati sebagai spektrum atom. Panjang gelombang atau warna spektrum tergantung pada besarnya kuanta (paket) energi yang mengeksitasi atom tersebut. Sehingga, tingkat energi yang berbeda memerlukan energi eksitasi yang berbeda dan menghasilkan warna spektrum yang berbeda.

Dikaitkan dengan proses jatuh cinta. Saya sekali lagi, memakai atom sebagai contoh. Kita sebagaimana atom – atom, tidak pernah bisa berdiri sendiri. Selalu ada usaha untuk mencapai kestabilan dengan cara saling berbagi. Inilah mengapa manusia secara kodratif merupakan makhluk individualis sekaligus sosialis. Ada kecenderungan untuk berserikat dengan orang lain. Manusia hanya bisa mencapai eksistensinya melalui relasi dengan sesamanya. Karena itu, kebutuhan terhadap orang lain selalu menjadi kehausan tersendiri dalam kehidupan masing – masing orang.

Hal yang sama juga memberi alasan bagi kebutuhan untuk hidup berpasangan–pasangan. Orang–orang saling terhubung dan terlibat dalam pola kompleks yang sukar dimengerti. Lalu ada momen tubrukan, saat dimana seseorang datang pada hidup orang lain, membawa sepaket energi yang kemudian mengeksitasi orang lain ke keadaan eksitasi, suatu tingkat energi yang berbeda, mungkin jauh lebih bergairah, sesuatu yang kita kenal sebagai jatuh cinta.

Saya percaya, proses terakhir itu begitu alamiah. Orang mencari alasan ketertarikan pada seseorang dan mereka menemukan satu milyar alasan atau bisa saja tidak ada alasan.

Cinta membantah logika, membuat tai kambing terasa coklat. Lalu terbantah batasan bahwa yang miskin hanya boleh berpasangan dengan yang sama miskin. Atau yang perempuan cantik sepatutnya bagi lelaki tampan. Tidak ada kesepatutan yang cukup beralasan. Para pecinta seperti buta. Para pengamat seperti paling logis. Lalu pendapat beradu. Tapi momen tubrukan telah terlanjur mencipta nikmat bagi mereka yang mengalaminya.

Tapi bagaiman jika kau mengalami eksitasi tapi si pembawa energi tidak menyadari hal ini? Ada ketimpangan yang menyakitkan ketika kau seperti seorang asing di dunia eksitasi sementara si sumber energi kalem – kalem saja.

Saya hanya bisa bilang, cinta bertepuk sebelah tangan itu menyakitkan. Tapi manusia adalah makhluk berakal yang bisa mengontrol semua itu. Kita bukan atom yang harus berpasrah pada segala kealamiahan yang ada. Satu hal yang penting, excited state itu keadaan yang tak stabil, meski begitu menggairahkan. Ini seperti mendadak kau dibawa ke puncak sebuah gedung pencakar langit. Kau harus mengerti bahwa jatuh selalu lebih mudah daripada naik kesana. Selain itu, sekalipun mendaki meletihkan, namun jatuh selalu menyakitkan.

Mari persingkat begini, ketika kau menemukan dirimu memiliki cinta sepihak, apa yang mau kau lakukan soal ini? Bagaimana jika menguji diri sendiri, apakah ini cinta atau apakah ini hanya kekaguman semata. Jika kau sudah menemukan jawaban, nilailah si sumber energi, apakah kemungkinan ia memiliki perasaan yang sama atau tidak. Jika terlalu lama kau terjebak dalam kebimbangan, mungkin kau tengah membuang waktu untuk memiliki kesempatan lain untuk tereksitasi. Jadi, mari pikirkan tentang move on.

Biasanya keputusan untuk move on adalah keputusan yang sulit. Tapi mari mulai dengan berdamai dengan diri sendiri. Saya percaya, setiap orang terlahir istimewa dan berhak untuk dicintai dengan tulus. Keberhasilan dalam mencintai orang lain selalu dimulai dengan keberhasilan dalam mencintai diri sendiri. Kita harus sadar bahwa proses eksitasi sebenarnya adalah sebuah sarana yang membantu diri kita mengeksplorasi keistimewaan sendiri. Banyak orang yang merayakan momen jatuh cinta dengan tampil sebaik mungkin bagi pasangannya. Ia berdandan. Kita menjadi terhibur menemukan betapa menarik diri kita selain tujuan utama kita untuk mendapat perhatian atau kesan baik. Ada sesungguhnya usaha pembagian energi positif tidak bagi si pasangan tapi bagi diri sendiri. Dan saya kira setiap pasangan selalu bekerjasama tanpa sadar untuk saling membahagiakan satu sama lain. Jadi, sekalipun kau menemukan bahwa dirimu berada pada timbangan yang timpang, jangan pernah menyakiti diri sendiri ketika terpuruk dalam cinta bertepuk sebelah tangan.

Mari mulai pikiran positif untuk move on dengan menggagas perdamaian dengan diri sendiri. Pertama, kau hanya sedang berada pada momen tumbukan ketika jatuh cinta. Teori mekanika kuantum menerangkan tentang probabilistik, kebolehjadian untuk mengalami sesuatu. Pikirkan jatuh cinta sebagai salah satu contoh terkait itu, seperti kau sedang berjalan dan satu buang kelapa jatuh dari pohonnya dan mengenai kepalamu. Mengapa harus di kepalamu? Mengapa bukan di kepala orang sebelum kamu atau setelah kamu? Ini yang saya maksud momen tubrukan, sebuah kebolehjadian. Sebuah pola terhubung dan terlibat yang terlalu random untuk dijabar. Intinya setiap peluang menempatkan seseorang pada sejumlah peluang lain. Segala peluang datang dengan konsekuensinya. Kita memiliki pengalaman dan pelajaran pada akhirnya, kemudian memaknai kehidupan berdasarkan hal itu.

Jadi, kita mungkin akan memisahkan hal – hal positif dan negatif dari setiap hubungan. Bisa jadi keduanya berada pada porsi yang seimbang. Tapi apakah hal itu menjebak atau membangun diri kita? Lalu temukan keputusan yang membuat kita memiliki peluang untuk lebih berkembang sebagai manusia.

Kedua, kita bukan tidak menarik. Semua orang menarik dalam keistimewaannya. Sebagaimana tidak ada sesuatu yang menarik, hanya ada orang yang merasa tidak tertarik. Kau tertarik tapi orang lain tidak tertarik. Itu reaksi alamiah yang harus kita maklumi. Maka hargai kemenarikanmu dan temukan orang lain yang lebih mencintai kemenarikanmu.

Terakhir, ikhlaskan kehilangan. Kita bukan pecinta sejati yang harus menunggu untuk dicintai. Temukan apa yang unggul dalam diri kita, kembangkan itu. Jika kau memeluk bantal sembari menangisi seseorang yang tak pernah merindukanmu, kau menyakiti dirimu sementara ia tak patut dituntut untuk ketidaktertarikannya. Jadi bangun, basuh mukamu, berdandan, dan bangun segala potensi dirimu. Dengan begitu kita membangun karakter positif untuk masuk ke dalam peluang yang lebih baik yang mengijinkan kita terhubung, terlibat, dan dicintai oleh orang yang lebih baik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar