Kimia, kata
yang sering dipakai orang untuk merujuk sesuatu yang berbahaya, misalnya produk
makanan dan minuman atau kosmetik dewasa ini dituding berbahaya karena
mengandung berbagai bahan kimia. Kampanye back
to nature kemudian disuarakan. Berbagai iklan produk tertentu mengusung tema
tersebut dan dengan percaya diri menyatakan bahwa mereka menggunakan bahan–bahan
alamiah yang lebih baik daripada bahan–bahan kimia.
Bagi saya,
tudingan itu agak keterlaluan karena sesungguhnya ilmu kimia tidaklah penuh hal
– hal berbahaya. Bahkan produk herbal yang katanya alamiah dan baik pun
melibatkan ilmu kimia dalam rangkaian proses rumit dari penelitian sampai
terproduksi sebuah produk yang dikatakan lebih baik itu.
Berangkat
dari keprihatinan saya pada tudingan kimia sebagai sesuatu yang berbahaya, saya
membuat tulisan ini, sekedar ingin memperkenalkan kimia pada semua yang awam
kimia. Sebagai langkah awal, baiknya kita menengok sejenak sejarah perkembangan
kimia.
Sejarah Perkembangan Ilmu Kimia
Ilmu kimia
memiliki kronologi perkembangan yang cukup menarik. Cikal bakalnya dimulai dari
alkimia pada abad belasan. Kata alkimia berasal dari bahasa Arab, al–kimiya atau al-khimiya
yang berarti seni Mesir Kuno. Pada masa itu, Mesir kuno menyebut negerinya ‘kemi’. Mereka memiliki banyak penyihir
sakti. Sehingga etimologi itu dikaitkan dengan ‘seni hitam’. Lebih lanjut,
alkimia dianggap sebagai suatu psedosains alias sains palsu karena penuh dengan
hal–hal mistis. Tudingan itu muncul karena ketidakmampuan manusia di jaman itu
untuk menjabar fenomena – fenomena alam yang ada di sekitarnya.
Pertumbuhan
alkimia tidak terlepas dari isu transmutasi logam biasa menjadi emas; dari
sesuatu yang biasa menjadi luar biasa, lebih bernilai. Hal ini menanda adanya
sebuah kerinduan pada kehidupan baru yang lebih baik. Hal tersebut
mengindikasikan adanya perubahan pada pola hidup manusia. Pemicunya adalah
bertambahnya populasi manusia sehingga daya dukung alam terhadap kehidupan
semakin menurun. Hal ini mendorong manusia untuk berpikir keras demi memenuhi
kehidupannya. Manusia mulai demikian terasah untuk berpikir dan berinovasi demi
bertahan hidup. Interaksi antar manusia pun memungkinkan perubahan pola hidup
antar sesama. Peradaban berubah, budaya tercipta dan berkembang dalam sebuah
masyarakat. Dunia menjadi semakin kaya dengan aneka pengetahuan dan pemilahan
terhadap hal baik dan hal buruk termasuk
pada nilai segala sesuatu di alam.
Emas
merupakan logam mulia yang bernilai tinggi. Nilainya terletak dari sifatnya
yang lebih tahan lama dibandingkan perak atau besi yang relatif lebih muda karat.
Orang tentu menyukai sesuatu yang awet dan tahan lama. Jadi, semakin banyak
orang menimbun emas, semakin kaya ia.
Isu
transmutasi logam biasa menjadi emas mencipta spekulasi tentang eksistensi batu
bertuah (philosopher stone). Batu ini
diyakini dapat mengubah logam biasa menjadi emas. Bisa pula untuk membuat
ramuan hidup abadi (exilir of life). Lagi
– lagi manusia tertarik pada suatu yang panjang usia, sebagaimana emas, manusia
sendiri juga berkeinginan memiliki sebuah hidup yang abadi.
Ada hal
dasar yang menarik disini; manusia berpengetahuan dan pengetahuan selalu
berkembang. Semakin bertambah pengetahuan, semakin manusia menemukan sesuatu
yang tidak sempurna dan selalu terdorong untuk menemukan sesuatu yang lebih
baik dan lebih bernilai. Dan ramuan hidup abadi diharapkan memberikan keabadian
bagi kesenangan manusia untuk terus hidup, terus mencari, dan terus menemukan.
Terkait
ramuan hidup abadi, saya suka mengaitkan alasan kebutuhan manusia terhadap hal
ini dengan cerita penciptaan manusia dan alam semesta. Pada awal penciptaan,
manusia ditempatkan di taman Eden. Tuhan memberikan kuasa pada manusia untuk
menguasai, merawat, dan mencecap segala disana, kecuali dua pohon di tengah
taman. Dua pohon itu, pohon pengetahuan tentang yang baik dan buruk serta pohon
kehidupan. Tapi tergoda ular, hawa mencecap buah pohon pengetahuan dan
menjerumuskan pula adam. Manusia jatuh ke dalam dosa karena melanggar larangan.
Ada kerenggangan dalam hubungan horizontal manusia dan Sang Pencipta. Manusia
terusir dari taman Eden. Tuhan lalu menutup taman itu dan melindungi pohon yang
satunya lagi, yang belum sempat dicecap manusia. “sesungguhnya manusia itu
telah menjadi seperti kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka
sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah
pohon kehidupan dan memakannya sehingga ia hidup selama – lamanya” (Kejadian
3:22). Untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan, Tuhan menempatkan beberapa kerub
dengan pedang yang bernyala – nyala dan menyambar – nyambar. Jadi saya kira,
pencarian exilir of life berangkat
dari cerita itu.
Tujuan
alkimia adalah menemukan batu bertuah dan exilir
of life. Tapi ada satu masalah, manusia zaman itu masih terlalu sederhana.
Banyak rahasia alam belum tersingkap. Batu bertuah adalah tujuan yang masih
terlalu dijabar sesederhana sesuatu yang berperan dalam transmutasi logam biasa
menjadi emas. Bagaimana wujud batu bertuah, mengapa ia bisa begitu, dimana bisa
ditemukan, dan berbagai pertanyaan lain terkait hal itu sungguh sesuatu yang
rumit. Dan seringkali manusia letih untuk berpikir lalu dengan sederhana
memberi tudingan atau reputasi tertentu. Alkimia kemudian dianggap psedosains, manakala ilmu itu bisa
mengubah suatu bentuk menjadi bentuk lain. Banyak orang yang masih bodoh
menganggap hal itu sebagai fenomena atau mujizat. Lalu dalam keterbatasannya
menudingnya sebagai praktik sihir dan si alkemis dituduh penyihir. Alkimia
menjadi psedusains karena cukup lama orang bimbang memilah sains yang misterius
dan sains yang mistis. (Yang misterius adalah sesuatu yang masih rahasia dan
belum terpecahkan penjelasannya, sementara yang mistis adalah yang rahasia dan
mungkin tidak pernah bisa diterima nalar).
Tentang
penyihir, baiklah sejenak kita menengok sedikit buku paling fenomenal tentang
penyihir, Harry Potter. Sang penulis, J.K. Rowling memulai buku pertama Harry
Potter dengan mengusung judul Harry Potter dan Batu Bertuah. Nah, bukankah ini
terkait alkimia? Lalu dalam buku itu kita akan menemukan mantra, astrologi,
juga ramuan Profesor Snape yang antagonis. Semua dalam buku itu lekat dengan
semua kejayaan alkimia, cikal bakal kimia.
Mari kembali
pada alkimia, ada dua tujuan yang mempengaruhi pertumbuhan alkimia, kegelisahan
pada penemuan batu bertuah dan ramuan hidup abadi. Dua kegelisahan itu
mempengaruhi kebutuhan pada ilmu pengetahuan lain, seperti matematika,
astrologi, dan sebagainya. Mengapa? Karena orang perlu segala sarana untuk
mendukung pencarian demi menemukan yang dicari. Alkimia bertumbuh bersama ilmu
lainnya. Mari ambil contoh, astrologi. Orang membaca bintang demi membaca
fenomena alam untuk memberi navigasi sepanjang perjalanan untuk menemukan batu
bertuah atau tetumbuhan untuk ramuan. Orang memperhatikan musim ketika bertanam
dan memanen. Ini selanjutnya berpengaruh pada kandungan senyawa aktif pada
tumbuhan yang berkhasihat obat. Nanti ilmu ini dimanfaatkan orang – orang kimia
bahan alam, kedokteran, dan farmasi.
Kesederhanaan
manusia pada masa itu membuat alkimia juga lekat dengan berbagai simbol–simbol.
Simbol membantu memberi bahasa sederhana dari sebuah rangkaian yang rumit.
Salah satu simbol yang terkenal adalah ouroboros. Jika anda pembaca karya Ayu
Utami, Ouroboros bisa ditemukan di novelnya yang berjudul Lalita. Atau jika
anda pernah belajar filsafat, simbol ini pasti tak asing. Tapi jika anda baru
mendengar tentang ouroboros, gambarnya kurang lebih seperti ini:
Ouroboros, simbol
ular yang memakan ekornya sendiri. Di tengahnya ada berbagai simbol lain. Ular
yang memakan ekornya sendiri melambangkan pemusnahan diri sendiri dan
penyembuhan diri sendiri. Simbol ini menerangkan siklus kehidupan yang terus
berputar, tentang energi yang kekal; tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan,
hanya bisa berubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi yang lain. Dalam
lingkaran ular memakan ekornya sendiri ini, terdapat pula simbol – simbol
astrologi, seperti matahari, venus, dan sebagainya. Simbol yang sama juga mewakili
simbol – simbol unsur kimia seperti emas, sulfur, dan timah. Jadi bisa disini
terbaca keterkaitan alkimia dengan astrologi, metalurgi, dan filsafat.
Contoh
simbol yang lain misalnya Mangkuk Higieia, yang dipakai dalam dunia farmasi.
Higieia adalah Dewi penyembuhan. Simbol ini menjabar Higieia sebagai mangkuk yang dilingkari ular. Ular (sebagaimana telah dibahas) melambangkan penyembuhan. Sementara mangkuk adalah simbolisasi perempuan (lebih banyak tentang ini bisa baca di Novel The Da Vinci Code).
Higieia adalah Dewi penyembuhan. Simbol ini menjabar Higieia sebagai mangkuk yang dilingkari ular. Ular (sebagaimana telah dibahas) melambangkan penyembuhan. Sementara mangkuk adalah simbolisasi perempuan (lebih banyak tentang ini bisa baca di Novel The Da Vinci Code).
Pada dua
contoh tersebut, ular membawa makna siklus berkelanjutan dan keselarasan
kehidupan di bumi. Ular juga menyimbolkan kebijaksanaan karena mampu membawa
arwah leluhur untuk membantu menyembuhkan. Keselarasan bisa kita tafsir juga
begini, ketika ular memakan ekornya, ia menelan dirinya sendiri, bermakna
menghancurkan sekaligus menyembuhkan. Selain siklus tak terputus terkait hukum
kekekalan energi, ini juga menjabar dua sisi kehidupan, bahwa setiap hal muncul
berdampingan dengan bayang hal lain, seperti koin punya dua sisi, demikian pula
kehidupan, ada yang baik dan ada yang buruk. Maka obat, tumbuhan obat punya
efek racun sekaligus efek obat.
Konsep
keselarasan kemudian menjadi hal penting dalam alkimia selanjutnya juga pada
ilmu kimia modern. Hal paling sederhana terkait ini, dalam ilmu kimia segala
reaksi harus bersyarat setimbang dengan energi seminimum mungkin. Makanya pada
awal belajar kimia, kita selalu belajar menyetarakan reaksi kimia juga mengenal
simbol unsur – unsur, misalnya H untuk hidrogen, O untuk oksigen, dan
sebagainya.
Jika kau
memandang kimia sebagai ilmu yang rumit, maka alkimia pun dahulu dipandang
begitu. Tampaknya ini warisan yang kejam. Alkimia dituding psedosains, sains
palsu, ilmu sihir, dan kimia dituding berbahaya. Tapi mari kita garisbawahi,
kimia mempelajari perubahan bentuk yang satu ke bentuk yang lain, seperti
sihir, seperti mujizat. Itu keunikannya.
Sayang
tudingan dan orang – orang yang latah dengan tudingan membuat lebih banyak
orang tak tertarik bersentuhan dengan alkimia. Puncak paling dilematis terjadi
pada suatu masa yang terkenal sebagai masa pagan. Masa paling gelap, paling
mistis. Ketika agama mulai berkembang, penyihir diberantas. Penyihir tak
diterima karena dianggap berbahaya.
(Masa ini
mungkin menginspirasi dongeng anak – anak yang kaya cerita penyihir, sebut saja
Hansel and Gretel atau Snow White dan Para Kurcaci. Legenda dan dongeng ikut
mempertahankan reputasi sesuatu yang tertuding buruk).
Pada masa
gelap itu, alkimia mati suri karena aneka pemusnaan. Tapi berkas– berkas
alkimia masih ditekuni dengan diam–diam di Mesir. Di tempat lain, alkimia
dipraktikan dengan cara berbeda. Seperti di Tiongkok, alkimia berkembang luas
dalam praktek – praktek kedokteran, farmasi, dan astrologi. Berkas alkimia tampak
pula pada konsep keselarasan berdasarkan karakter elemen ying-yang atau empat
afatar; udara, air, api, dan udara, juga kajian – kajian keselarasan dalam
karakter unsure kayu, besi, dan sebagainya.
Alkimia
perlahan tenggelam kemudian muncul dengan nama baru Kimia. Pertumbuhan kimia
dimulai pada era pertumbuhan agama islam. Praktisi yang terkenal adalah Jabir
Ibnu Hayyan, yang selanjutnya disebut bapak ilmu kimia. Sumbangan kontribusi
Jabir berupa penyempurnaan teknis pada proses kristalisasi, destilasi,
kalsinasi, dan sublimasi.
Kimia pun
berkembang luas, berbagai cabang ilmu kimia pun berkembang, kimia organik,
anorganik, bahan alam, bahan makanan, kimia fisik, kimia analitis, kimia logam,
dan sebagainya. Sejalan dengan pertumbuhan ilmu lainnya, teknologi pun
berkembang dan membantu menyingkap berbagai fenomena alam. Berbagai alat ukur
atau yang mendukung pemecahan berbagai pertanyaan diciptakan.
Satu yang
paling menarik di kimia adalah perkembangan teori atom yang memberi peluang
bagi perkembangan pemahaman atom sebagai elemen paling kecil di semesta ini.
Teori atom memungkinkan suatu pendekatan untuk memahami pola interaksi atom –
atom yang rumit. Bagian terkecil ini amat mendasari perubahan wujud zat,
sehingga yang semula tertuding sihir berubah menjadi sesuatu yang logis atau
bernalar.
Kimia modern
sesungguhnya masih mewarisi pola khas sejak alkimia. Misalnya simbolisasi unsur
– unsur untuk menyederhanakan suatu pemahaman yang kompleks. Misalnya Oksigen
diberi simbol O dan Hidrogen diberi simbol H. Air diberi simbol H2O.
Semua unsur lalu tertata dalam tabel periodik berdasarkan nomor atom yang menyederhanakan
pemahaman luas tentang jumlah proton, neutron, dan elektron dalam atom, yang
lebih lanjut berpengaruh pada karakteristik individualis atom tersebut dan
bagaimana interaksinya dengan atom lain. Tabel periodik unsur – unsur kemudian
membantu ramalan kemungkinan pembentukan berbagai senyawa kompleks. Misalnya
pada air kita bisa menjabar mengapa harus ada 2 atom hidrogen dan satu atom
oksigen.
Kimia juga
tampak abstrak karena perilaku atom tak visual, tapi bisa terjamah nalar lewat
suatu pendekatan matematis yang menjabar suatu pemikiran logis. Kimia selalu
berkembang dari pemikiran – pemikiran filosofis tentang kehidupan. Sehingga
orang kimia harus pandai berhayal dalam nalar yang baik untuk bisa memahami.
Dalam
keabstrakannya, kimia masih misterius bagi yang tak mencecapnya. Ia malah
dituding berbahaya setelah jauh sebelumnya dituding mistis. Mari kita ambil
contoh satu bahan kimia berbahaya, sebut saja pewarna makanan, sunset yellow atau tartarzine yang popular sebagai pewarna jingga pada produk makanan
dan minuman. Apakah ia sungguh buah dari ilmu kimia saja? Pewarna makanan
adalah produk sintetis. Kenapa orang membuat produk sintetis? Untuk pemenuhan
kebutuhan hidup manusia. Menjawab kebutuhan hidup, industri makanan membuat
aneka produk, yang sekiranya tahan lama. Segala bahan segar ditelusuri senyawa
aslinya lalu dibuat modifikasinya. Ini bukan produk praktisi kimia murni saja,
tapi juga ilmu terapan lain, seperti teknik industry, kedokteran, dan farmasi.
Ketika orang semakin terbuai dengan nikmat produk sintetis, efek penyakit
timbul sebagai akumulasi dari konsumsi yang berlebihan dan ketidakselarasan
kita mengatur pola hidup. Orang mulai rindu sehat, rindu bebas dari efek
negatif pola hidup nikmat yang membuai selama ini. Lalu kerinduan itu terjawab
pada ingin teraihnya kehidupan lama yang masih alamiah, masih sederhana, ketika
orang makan langsung dari produksi alam bukan produksi pabrik. Orang menggagas
makanan organik dan menghindari yang kimia. Padahal yang organik juga produk
pemikiran kimia. Misalnya anda mengkonsumsi tumbuhan herbal, tahukah anda, ada
penelitian bertahun – tahun untuk isolasi dan identifikasi zat aktif tersebut.
Dan para kimiawan bekerja meneliti di laboratorium dengan try and error sejumlah kombinasi pelarut dari bahan kimia yang
dituding berbahaya?
Bagaimanapun
juga ada yang sudah terlalu terlanjur dari sebuah penilaian. Sejarah panjang
kimia sejak alkimia tampaknya menjabar alasan yang mendesak keterterimaan
terhadap tudingan terhadap sesuatu. Selanjutnya kimia menjadi bereputasi
berbahaya atau tertuding berbahaya. Ini suatu bentuk sederhana untuk
membahasakan sesuatu yang rumit untuk dipahami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar