Rabu, 04 April 2012

JODOH (2): “Carilah yang Seiman dan Seimbang”

“Carilah yang seiman dan seimbang”, Loniwati V. Mabilehi, S.Si

Beberapa hari ini saya tersiksa dengan perkenalan saya dengan seseorang. Kembali seorang teman memperkenalkan saya dengan seorang pria dengan maksud menjodohkan kami. Saya menyambut baik karena dua tahun belakangan ini, hal itu lazim saya jalankan. Sesuatu seperti ini juga bagian dari proses penemuan tambatan hati. Saya katakan tersiksa karena ia hadir pada situasi yang sedikit tidak bersahabat, saya sedang sangat sibuk dan sedang sangat sepenuh hati dengan beberapa pekerjaan. Pada saat itu, keinginan untuk memiliki pasangan sementara menguncup. Tapi tetap saya sambut perkenalan karena bagaimanapun hal ini baik. Mengenal orang itu menyumbang terbukanya jaringan baru dalam hidup kita. Orang – orang datang dari latar belakang yang berbeda. Bagi saya yang menggemari dunia kepenulisan, hal ini juga dapat mengembangkan pengetahuan saya tentang karakter orang dan hal – hal lainnya. 

Bersua Pandang

Perkenalan kami dimulai lewat sms. Saya adalah jenis manusia yang langsung excited pada orang-orang baru. Kegairahannya sama besarnya dengan ketika kau menemukan pengetahuan baru atau berada di tempat baru. Selalu ada rangsangan keingintahuan. Tapi saya bukan jenis perempuan yang asal ada lelaki yang datang langsung bersuka-cita, asal jenisnya lelaki langsung ingin memilikinya. Perempuan dan lelaki ibarat kation dan anion, dua orang berbeda jenis bagai dua muatan berlawanan jenis, selalu ada gaya tarik menarik antara keduanya. Itu hukum alam. Namun daya tarik itu sangat dipengaruhi oleh keelektropositifan dan keelektronegatifan serta jarak. Saya suka menyertakan rumus fisika klasik ini:
F = k x (q1xq2)/r2

Gaya (F) berbanding terbalik dengan kuadrat jarang (r2) yang memisahkan kedua benda bermuatan (q1 dan q2).
Percakapan lewat sms atau jejaring sosial adalah langkah awal yang baik. Tapi pada proses itu orang-orang dipisahkan dalam jarak yang besar. Gaya tarik masih kecil. Kita butuh sua pandang, agar bisa saling melihat dan mengalami bersama berbagai hal. Respon seseorang terhadap suatu persoalan akan membuat kita mengetahui seperti apa orang itu. Karena itu, saya agak sedikit skeptis dengan orang-orang yang bisa jadian lewat sms tanpa bersua pandang. Meski begitu, saya sangat kagum pada beberapa teman yang memulai hubungan mereka lewat sms atau jejaring sosial lalu berakhir dengan sangat baik. Termasuk pula mereka yang menjalankan long distance relationship.

Saya pribadi, bukan tidak mau tapi enggan untuk menjalankan proses tersebut. Latar belakang kehidupan saya sulit mengijinkan saya untuk melakukan semua tadi. Selama delapan tahun keluarga kami terpaksa menjalankan long distance relationship, sehingga saya cukup kenyang dengan dampak negatif dan positif dari hubungan jarak jauh itu. Bagi saya, hubungan demikian sangat ‘tidak sehat’. Akan ada ruang kosong dalam hati yang sulit ditambal. Kehilangan kebersamaan itu sama seperti kehilangan kesempatan menyaksikan babak – babak berarti dalam perkembangan hidup seorang manusia.

Tapi saya sepakat jika sms atau percakapan via jejaring sosial mampu mencetus sebuah hubungan. Beberapa orang bisa jatuh hati dalam percakapan – percakapan tanpa sua pandang itu. Rasanya memungkinkan jika kondisi dan karakter seseorang dapat terjejak lewat apa yang disampaikannya. Untuk yang satu ini, saya lebih menaruh kepercayaan pada jejaring sosial seperti facebook atau twitter. Para pengguna jejaring sosial itu cenderung sangat impulsif. Terlalu banyak postingan yang sepele, seperti sedang mandi, makan, sampai mungkin kentut pun ditulis. Ada efek selebritas yang tanpa sadar dinikmati. Segala hal harus dipublikasi. Maklum, modernitas telah melapangkan kesibukan dan membatasi sua sehingga melarikan orang pada jejaring sosial yang mengkerdilkan dunia dan memperluas interaksi antar manusia yang nyaris tanpa batas. Tak ada kelas-kelas sosial di jejaring sosial. Ini memungkinkan orang lebih leluasa bergaul. 
Karakter seseorang bisa terbaca dari keimpulsifannya atau apa saja yang disampaikannya di sosial media. Penggunaan bahasa sangat dipengaruhi oleh pola pikir yang dilatar belakangi oleh proses hidup seseorang.

Terkait dengan itu, saya pun sempat jatuh hati dengan seorang pria lewat sms. Pria ini langsung terasa menarik saat saya melihat pola pengetikan smsnya. Biasanya ketika bersms, orang mengabaikan tanda baca dan segala aturan kepenulisan. Tapi pria yang satu ini cukup teratur. Saya duga ia orang yang sistematis. Dengan tanda baca ia memenggal kalimat dengan baik, ini memungkinkan orang untuk memahami dengan baik maksudnya. Terkadang bahasa sms itu berpotensi ambigu. Ia menggunakan enter untuk memisahkan bahasan baru dan bahasan lama. Biasanya pengetik sms menghindari hal ini demi menghemat penggunaan pulsa. Tapi ia konsisten dengan hal itu. Saya menyimpan sms-smsnya karena saya sangat tertarik dengan pola pengetikannya. Saya saja, yang terbiasa disiplin dalam penggunaan tanda baca dan aturan penjedaan dalam setiap proses penulisan tak mampu menerapkan dan mempertahankan kedisiplinan itu ketika mengetik sms. Saya selalu memikirkan kepraktisan ketika bersms. Tapi orang ini tidak mengabaikan usaha untuk membuat orang memahami maksudnya di dalam kepraktisan sebuah sms. Orang seperti ini tanpa gombal pun saya suka apalagi jika ia menggombal.

Komunikasi tanpa sua pandang yang menyamankan orang akan menjadi modal awal yang baik pada proses selanjutnya. Selama pendekatan, intensitas berkomunikasi juga penting. Tapi sebagai perempuan bekerja, saya tidak suka dengan pria yang nyaris setiap menit mengirim sms. Ini seolah tak memahami sikon. Tahu waktulah.

Untuk orang terakhir yang di awal tulisan ini saya ceritakan, sejujurnya saya tidak terlalu punya mood yang baik. Ia hadir pada saat yang tak bersahabat. Selain itu, perempuan adalah makhluk yang ditenagai hati yang kuat. Perempuan cenderung dituntun kata hati dan firasatnya.

Sua pandang akan menjadi bahan pertimbangan selanjutnya.

Bagi saya, lelaki itu makhluk yang beruntung. Ketertarikan perempuan biasanya bukan ketertarikan visual. Buat saya tak penting tampang. Perempuan selalu meninjau hati. Tapi lelaki adalah sebaliknya.

Saya agak sayangkan pengalaman saya yang baru usai, kadang sebagian lelaki kurang hati – hati. Kadang sebagian lelaki terlalu terburu – buru. Saya maklumi pemikiran ini; “If I’m single and you’re jomblo mengapa kita harus memakan terlalu banyak waktu untuk berbasa – basi?”, tapi seorang lelaki dewasa yang hendak menikah seyogyanya memahami karakter perempuan yang juga memiliki kehendak yang serupa. Biasanya perempuan pada usia menikah cenderung untuk sangat berhati – hati dalam memilih pasangan. Mereka mungkin lebih menginginkan keterikatan yang menjanjikan, tak semata penjajakan saja. Karena itu, tuntunan kata hati menjadi penting. Orang – orang yang dijodohkan teman – temannya setidaknya dibekali referensi karakter dari para penjodoh mereka. Ini adalah pengetahuan paling minimal yang bisa menjadi dasar ketertarikan dan bagaimana kau harus bersikap pada sua pertamamu. Saya memaklumi penopengan diri pada sua pertama. Kita harus menahan sebagian karakter kita agar kita dapat menarik simpati lawan jenis pada awal perkenalan. 



Heart Beat

Sekali lagi, ketertarikan lelaki adalah ketertarikan visual, ini mungkin akan menjadi pertimbangan pertama mereka ketika bersua untuk pertama kali.  Tapi perempuan dituntun kata hatinya. Bahasa tubuh dan bahasa lisanmu akan lebih mempengaruhi penilaian daripada face. Bagi saya, agak ceroboh jika hanya berdasarkan ketertarikan visual dan bermodal sedikit referensi yang tak dipahami benar, seorang lelaki langsung melamar diri menjadi kekasih. 

Beberapa perempuan akan bersimpati dengan keberanian ini, ditembak pada sua pertama. Beberapa teman menyayangkan saya yang tak menangkap kesempatan itu. Ini bukan masalah apakah saya mau membuka hati atau tidak, pun bukan karena tiba – tiba cinta pertama saya muncul. Terlepas dari uraian lain dalam tulisan ini, ingin saya konfirmasikan pada beberapa teman bahwa dasar kekagetan saya yang telah berujung pada penolakan adalah firasat saya yang tak mendukung saya untuk mengijinkan proses selanjutnya. Hati saya telah memberi penolakan sejak awal. Jika kalian bertanya mengapa, saya tidak tahu. Dengan kebiasaan saya yang selalu dituntun firasat, saya akan memenangkan hati saya di atas apapun. Ini suatu ketaknyamanan yang sangat tak bisa saya jelaskan. Hanya mampu saya raba tapi tak bisa saya bahasakan. Ini bukan karena orang itu memiliki sifat yang buruk atau sosoknya tak sesuai selera. Saya meyakini semua orang itu baik. Hanya saja insting saya tak baik. Mungkin lebih ke ada sebagian karakter orang itu yang saya pikir tidak akan menghasilkan ikatan dipol dengan karakter saya. Dan penggunaan bahasanya mempertegas hal itu. Terserah kalian berpendapat apa. Saya adalah seorang introvent yang dalam sejarah pergaulan saya, hubungan keakraban begitu mudah tercipta tapi untuk menjadi nyaman berbicara dengan seseorang saya harus meninjau hati saya. Biasanya ini proses yang alami tanpa pertimbangan apapun.

Jika keterburu-buruan tadi berlangsung di masa remaja, itu tak akan menjadi suatu masalah. Tapi pada usia menikah pertimbangkan keyakinanmu sematang mungkin.
Keterburu-buruan lelaki yang tanpa perhitungan adalah suatu kecerobohan. Jangan biarkan ketertarikan visual membuat kau melesat tanpa mempertimbangkan bagaimana karakter perempuan yang kau dekati. Referensi teman hendaknya dipahami. Beberapa perempuan ingin sedikit luang untuk mempertegas keyakinannya sebelum terikat. Pelajari apakah ada sinyal ketertarikan di setiap percakapan sebelum sua pandang (via sms). Jika tidak, jangan terlalu terburu – buru dan ceroboh. Perhitungkan dan berhati – hatilah. Perempuan itu terkadang sulit dipahami. Tapi kesabaranmu dalam memahami adalah sesuatu yang akan dipertimbangkan. Jangan melesat hanya bermodal pengetahuan tentang keunggulan seseorang tanpa analisa terhadap bagaimana kira – kira ia. Setiap pada diri seseorang entah itu pekerjaan, teman-temannya, kegemarannya terkoneksi pada karakter, pola pikir, dan pola hidupnya. Mengertilah itu baik – baik.

Pertimbangan perlu karena heart beat tak dapat kita jejaki dari diri masing – masing pada sua pertama. Rasa suka yang akan berkembang pada keinginan untuk terikat jika ada heart beat, debar aneh yang selalu ada ketika orang jatuh cinta.

“Yang buat pacaran berbeda dengan teman itu kan heart beat. Hubungan tanpa dag dig dug itu teman biasa, bukan someone special. Cewe selalu dengar kata hati.” Judith E. Seran, S.Si

Heart beat itu alami. Pada beberapa kasus cinta pada pandangan pertama, heart beat mungkin muncul di sua pertama. Tapi, tapi, dan sekali lagi tapi, pertimbangan itu perlu. Lelaki memang cenderung untuk lebih aktif dan memang harus aktif dalam memulai hubungan. Sekalipun wajahmu secakap Jensen Ackles, perempuan pada usia menikah tetap akan memberi pertimbangan pada sua pertama. Hanya sedikit yang mengambil kenekatan dengan langsung menerima.

Sahabat saya, Miss Judith, bilang lelaki tak boleh asal tabrak tanpa perhitungan. Pertimbangkan target yang akan kau dekati. Jangan percaya diri tanpa analisa. Meski ketertarikan perempuan bukan ketertarikan visual, namun suatu kewajaran jika perempuan cantik ingin memiliki lelaki tampan, yang cerdas ingin yang jauh lebih cerdas darinya. Tapi pemikiran seperti itu akan tergerus melalui suatu proses. Pada akhirnya lelaki yang tak cukup cakap untuk yang cantik dan tak cukup pintar untuk yang pintar akan diterima jika dalam proses ia sanggup mengusahakan segala sesuatu yang membuat calon pasangannya nyaman dan punya heart beat padanya. Heart beat bisa dibangun dalam sebuah proses.

Beberapa sahabat saya yang lelaki pada usia menikah terkesan sangat hati – hati ketika menawar diri menjadi kekasih. Pada usia ini, ketertarikan visual harus disikapi dengan benar. Jangan ceroboh. Pada usia menikah, lelaki sering memperhitungkan latar belakangnya dan segala yang ada pada dirinya sebelum ia melamar diri menjadi kekasih. Ketika hendak mencari istri, ia pasti paham bahwa menikahi perempuan tak sebatas menikahinya sebagai seorang pribadi tapi juga menikahi seluruh keluarga besarnya. Ia harus cukup ‘bermodal’ guna menerima keyakinan pasangan dan keluarganya.
Sangat penting untuk mengizinkan pengolahan lebih lanjut dari ketertarikan-ketertarikan visual dan karakter – karakter baik yang mendasari rasa suka, sebelum seorang lelaki melamar diri menjadi kekasih. Nyamankan perempuan pada sua pertama. Pastikan itu sebelum melangkah lebih jauh. Izinkan luang untuk mengenal lebih jauh.

Lebih baik menahan perasaan daripada menjadi ceroboh. Tak langsung menawar ikatan pada sua pertama akan membantu perempuan menumbuhkan perasaan lebih terhadap lelaki. Sebagian perempuan sangat menikmati rasa penasaran apakah lelaki terdekatnya jatuh cinta padanya atau tidak. Heart beat akan semakin asyik dan hebat ketika lelaki mau menunda waktu. Lelaki yang matang pengalaman akan pandai menghitung waktu, ia akan pandai menduga pada titik mana ia harus mempertegas perasaannya. Penguluran waktu yang terlalu lama akan sama buruknya dengan tabrakan tanpa perhitungan yang dimaksud Miss Judith. Penguluran waktu yang terlalu lama akan melayukan heart beat. Perempuan akan bingung dan bertanya - tanya apakah sinyal ketertarikan yang kau beri selama ini memang benar adanya? Perempuan mungkin akan berpikir pula ia salah menafsir sinyal. Jika kau mengulur waktu terlalu lama karena tak punya keberanian mengungkapkan perasaan, lihat saja, tak lama peluangmu akan disambut kompetitormu. Perempuan itu selalu menuntut kepastian.

Perhitungkan waktu. Beri ruang untuk menumbuhkan heart beat. Ketika sinyal - sinyal telah cukup penuh, lamarlah ia menjadi kekasih. Jangan mengulur waktu terlalu lama.

Heart beat memegang peranan yang besar, ialah yang mencetus rasa cinta. Atas dasar ini, saya sering kecewa jika pasangan PDKT akhirnya tak jadi pacar. Atas dasar ini pula, selama sepuluh tahun saya mencintai lelaki yang sama, lelaki yang saya yakini sebagai cinta pertama saya.  

Heart beat bagi lelaki cinta pertama saya begitu terpelihara. Beberapa orang meyakini hal itu terjadi karena saya tak membuka hati bagi orang lain. Selalu saya sangkal hal ini. Memang bagi setiap perempuan, lelaki cinta pertama adalah sosok panutan, sosok ideal. Tapi mau saya katakan, manusia itu berkembang seturut proses yang ia jalani. Kau tidak dapat menilai saya yang sekarang sama seperti saya sepuluh tahun lalu. Berlatar belakang proses hidup yang saya jalani selama sepuluh tahun, maka karakter lelaki cinta pertama saya tak lagi sosok ideal bagi karakter saya sekarang. Tapi karena heart beat yang entah mengapa masih terpelihara, saya selalu senang setiap kali ia muncul atau setiap kali saya bercerita tentangnya. Selama bertahun - tahun kami telah dipisah jarak beratus kilometer, gaya elektrostatik mungkin tak besar, tapi heart beat yang masih subur membuat saya percaya, saya punya ikatan kosmik dengan lelaki ini sehingga entah bagaimana kami selalu terhubung. Jika engkau meminta penjelasan lebih lanjut, saya hanya bilang, saya juga tidak paham. Saya tidak pernah menutup hati. Jika saya menutup hati, lalu mengapa saya mau menerima perjodohan atau membuka peluang pada beberapa lelaki? 

Heart beat itu reaksi alami. Dan bukankah rumusan fisika klasik di atas tak berlaku bagi elemen mikroskopik. Konsep atom modern mengabaikan jarak. Posisi adalah sebuah kebolehjadian. Anggaplah cinta adalah elemen mikroskopik maka ia tunduk pada konsep kimia modern, konsep kebolehjadian, probabilitas, peluang. 

Heart beat memungkinkan konsep ikatan berdasakan jarak terabaikan.

Beberapa kunci tidak akan menancap pada gembok. Beberapa mungkin akan menancap disana. Tapi hanya yang cocok yang akan membuka gembok. Hati manusia seperti itu. 
Menemukan seseorang yang akan menjadi pasangan seperti berjalan dalam labirin (baca kembali tulisan saya sebelumnya tentang Jodoh).


Seiman dan Seimbang

Sebelum saya mengurai banyak hal ini, kemarin teman saya Loni meringkasnya dengan nasihat ini, “Vie, carilah jodoh yang seiman dan seimbang”. Katanya seiman, karena agama adalah hal yang dasariah dalam kehidupan manusia. Seimbang karena kita akan menghabiskan seumur hidup dengan orang itu. Jangan sampai ada hal – hal yang akan kita sesalkan di kemudian hari. Seimbang disini tidak berarti ia cantik maka saya harus tampan. Ia cerdas saya juga harus cerdas. Love is blind. Jika kau dapatkan heart beat maka tak usah pikirkan yang lain. Teman saya Efni Amelia sering bilang, ketika jatuh cinta tai kambing terasa coklat. 

Tapi saya yang mencari teman hidup akan mencari pasangan yang seimbang. Upaya mencapai keseimbangan didapat melalui sebuah proses yang menyeluruh tidak sebatas pada kesan sua pertama.  Keseimbangan itu seperti ini, pada sua pertama sikapnya harus memicu saya untuk memberi ia kesempatan untuk mengenal saya lebih jauh demikian pula sebaliknya. Saya harus mampu mengatasi perasaan-perasaan yang tak mampu saya jabarkan yang mengganjal dan memberatkan saya. Saya tidak akan memaksa diri melanjutkan hubungan dengan lelaki yang membuat saya tak nyaman sejak awal. Seimbang berarti ia memahami segala – galanya yang ada dalam diri saya demikian sebaliknya. Seimbang berarti tak ada pada kami yang terganjal. Tak ada pada kami sesuatu yang tak bisa diterima atau dengan terpaksa diterima hingga akhirnya menjadi masalah pada rumah tangga kami kelak. Seimbang berarti visi dan misi membangun rumah tangga kami sama. Seimbang itu kami saling menerima kelebihan dan kekurangan masing – masing, saling menghormati, dan menghargai, juga saling mendukung dalam perkembangan pribadi masing – masing sebagai seorang manusia.

Keseimbangan perlu untuk mengatasi ketimpangan tak terelakan yang memicu saling menyakiti dalam kehidupan berumah tangga yang kami bangun. Akan lebih baik jika pasangan itu saling menghargai, bebas dari tekanan saling memangkas ruang gerak, saling menghalangi kemajuan dan kesempatan mengembangkan diri sebagai seorang manusia.

Sebagai perempuan yang ingin menikah, saya tidak ingin membuang waktu dengan orang yang tak membuat saya sangat tidak nyaman sejak awal, sangat tidak nyaman yang terkait dengan adanya firasat tidak enak dan keterpaksaan yang tak mampu saya atasi. Saya ingin gembira ketika memulai sebuah hubungan. VT, teman lama saya pernah bilang awal yang baik akan memungkinkan proses yang baik.

Bagi saya keseimbangan dalam pernikahan tercapai ketika ada kesetaraan dalam peran suami istri. Lelaki yang sering diposisikan sebagai pemimpin tidak harus menjadi pihak berkuasa yang cenderung menekan. Ia tidak harus tersinggung ketika karier atau finansial istrinya jauh lebih maju. Ia tidak harus menghalangi pengembangan kepribadian dan pembatasan hal – hal positif yang akan dilakukan istrinya selama si istri mampu membagi waktunya untuk rumah tangganya. Menikahi perempuan bukan membeli pembantu atau pengasuh anak – anak. Menikahi  lelaki bukan menikahi investor hidup. Cinta itu tidak sebatas pada saya memiliki heart beat dengan ia dan saya ingin menikahi ia. Jika saya sungguh mencintai pasangan saya, saya akan menerima kelebihan dan kekurangannya bukan untuk menjadi beban bagi saya tapi mencintai pula semuanya itu. Menghormati pasangan adalah bagian dari mencintainya. Siapapun pasangan saya, bagaimanapun ia kelak, ketika saya memutuskan untuk menikahinya tak akan saya sesalkan segala karakternya di kemudian hari. Ketika saya mencintainya saya berdamai dengan hati saya dan menerima baik buruknya orang itu dan mengakrabi ia seumur hidupnya.

Tidak ada yang ideal di dunia ini. Namun, seperti konsep kimia yang penuh dengan usaha pencapaian keseimbangan mulai dari ranah sub atomik sampai senyawa yang kompleks, maka kehidupan manusia yang tunduk pada hukum alam pun menjalani proses yang sama. Selalu ada usaha untuk mencapai keseimbangan. Kesempurnaan hanya milik Tuhan, tapi manusia dapat mengusahakannya melalui rangkaian proses dalam kehidupannya. 


Penutup
Yang saya sampaikan disini tak untuk menggurui. Saya hanya berbagi pengalaman dan mengeluarkan isi kepala saya. Semoga ini dapat menjadi bacaan asyik bagi para lajang dan bujang. Apapun usaha kita, jodoh itu sudah ada kita hanya perlu berproses untuk mendapatkannya (baca kembali tulisan saya yang terdahulu (2011) tentang jodoh di blog ini).



Selamat mencari jodoh.
Vebronia Maria Dona