Natal segera tiba.
Sejak bekerja, Desember selalu menjadi
bulan tersibuk. Banyak pekerjaan dikejar untuk diselesaikan. Saya mulai merasa
ada gairah natal yang berbeda dari yang selalu saya rasakan ketika masih kanak–kanak.
Kadang saya rindu kembali ke usia itu. Pada masa itu, kita sungguh penikmat
bagi berbagai hal.
Dalam situasi seperti ini, saya selalu
teringat novel John Grisham, Skipping Christmas.
Itu novel natal pertama yang saya
baca. Saya tak sengaja membeli novel itu saat saya mencari buku Kimia Fisik di
Toko Buku Suci. Yang menarik minat saya membelinya, bukan karena judul atau
sinopsis ceritanya, melainkan karena nama John Grisham.
Belum lama sebelumnya, saya baru
berkenalan dengan John Grisham. Saya membaca The Partner dan masih
terpukau dengan ceritanya. The Partner adalah sebuah novel yang luar biasa.
Ia sesempurna rencana sempurna dalam novel itu untuk membuat saya cukup lama
terpukau. Karena keterpukauan yang masih menadi itu, saya membeli Skipping
Christmas.
Skipping
Christmas menawar cerita yang lebih sederhana daripada The Partner.
Ini menyentakkan saya. Membaca The Partner lalu membaca Skipping
Christmas itu seperti merendam saya dalam air es begitu mengeluarkan
saya dari air mendidih. Tapi tentang perbandingan ini, akan saya jabarkan lain
waktu. Mari kita fokus pada Skipping Christmas dulu.
Skipping Christmas
bercerita tentang pasangan suami istri paruh baya; Luther dan Nora Krank yang
ingin absen merayakan natal. Cerita dimuka dengan kemuraman mereka pada hari Thanks
Giving. Putri mereka yang bekerja di Peru, mengatakan ia tak bisa pulang
ke rumah pada natal tahun tersebut. Luther dan Nora pun membayangkan natal akan
sangat berbeda tanpa kehadiran anaknya. Itu adalah natal pertama tanpa sang
anak.
Namun, Luther
melihat sebuah berkah. Ia meninjau natal tahun sebelumnya dan berpikir, betapa
banyak uang yang harus dikeluarkan untuk merayakan natal. Ada beberapa tradisi
yang dianggapnya berlebihan. Ia merinci segala bentuk pengeluaran, mulai dari
persiapan pohon natal dan dekorasi rumah, biaya makan minum tamu dan
sebagainya. Ia merasa natal penuh dengan pemborosan. Setahun lebih ia bekerja
membanting tulang demi pemborosan di akhir tahun. Kadang untuk anggaran natal,
bonus hari raya atau akhir tahun pun tak menutupi. Malah terkadang orang harus
berhutang untuk hal–hal demi kesenangan natal. Mereka bahkan harus pusing
bagaimana membayar tagihan–tagihan di tahun yang baru. Bulan–bulan pertama
dalam tahun yang baru selalu bulan - bulan susah. Keuangan serasa ada di titik
dasar untuk membuat orang bersusah hati daripada bersemangat menyambut tahun
yang baru, memaksa mereka bekerja keras setelah bersenang–senang, bahkan kerja
keras itu harus dilakukan demi kesenangan natal berikutnya.
Serentetan
perhitungan finansial membuat Luther sungguh pasti tak mau merayakan natal. Ia
bakal absen. Keputusan ini dirasa aneh oleh para tetangga dan orang–orang
sekitarnya. Kedua pasangan ini tinggal di kota kecil dimana kehidupan sosial
menjadi penting. Berita tentang absen natal itu tersebar luas dengan cepat.
Sebagai ganti
merayakan natal sebagaimana lazimnya, Luther telah menemukan kegiatan lain yang
jauh lebih murah untuk merayakan natal, yaitu berlibur ke Pulau Karibia selama
natal. Ia telah cermat menghitung dan hasilnya, mereka akan hemat dan tak bakal
susah di tahun berikutnya.
Ia menertawakan
para tetangganya yang melakukan persiapan menjelang natal. Ia mengejek
kesusahan yang bakal mereka alami setelah kesenangan. Ia berpikir, saat mereka
merayakan natal di Amerika dalam cuaca dingin dan penuh pemborosan, ia telah di
Karibia, menikmati laut dan sinar matahari. Ia dan istrinya bahkan telah
melakukan penghitaman kulit. Biaya untuk itu masih wajar dan tak berpotensi
menumpuk utang untuk kesenangan.
Alhasil,
ketiadaan persiapan membuat rumah Luther dan Nora menjadi satu–satunya yang
berbeda diantara rumah–rumah di kompleks itu. Rumah itu nihil ornamen natal
sebagaimana rumah yang lain. Tak ada pohon natal, hiasan kerlap – kerlip,
boneka frosty di dekat cerobong asap, kue jahe, maupun kalkun. Saat semua orang
membicarakan perbedaan itu, Luther tetap bersikukuh dengan rincian rencana
natalnya yang serba hemat.
Tapi di sedetik
ke depan siapa mampu meraba? Ketika rencana natal hemat Luther telah demikian
matang, bencana mendadak datang. Sang anak menelepon tak berapa lama sebelum
mereka ke Karibia. Si anak akan datang berlibur ke rumah. Ia mau membawa
kekasih yang dijumpainya di Peru untuk merasakan natal ala Amerika di rumah
orang tuanya. Yang mendebarkan, si anak menelepon ketika ia telah di bandara.
Luther dan Nora
terhenyak. Rencana natal hemat tamat. Mereka terpaksa harus pontang–panting
mempersiapkan natal demi anaknya. Buruknya, berbagai perlengkapan natal mulai
habis stok di toko–toko. Kalau pun ada, kualitasnya tak memuaskan dan harganya
melambung. Luther bahkan tak mendapatkan pohon natal sehingga nekat mencuri
pohon natal dari rumah tetangganya yang sementara pergi berlibur natal di
tempat lain.
Putrinya membuat
Luther dan istrinya menjilat ludah sendiri. Dengan sembunyi–sembunyi mereka
mempersiapkan natal sebagaimana biasanya. Mereka tak mau tetangga tahu dan
balik mengolok. Karena desakan persiapan natal mereka yang sudah sangat
terlambat itu, Luther sampai jatuh dari atap saat memasang boneka frosty.
Kakinya cedera dan rencana natal mereka yang batal terpergoki tetangga.
Untungnya, para
tetangga menyayangi anak Luther dan Nora. Ia tumbuh bersama anak–anak yang lain
di kompleks itu. Maka mereka membantu mempersiapkan natal sebagaimana tradisi
Amerika demi anak Luther dan Nora. Mereka menyumbang segala hal terkait itu
dari milik pribadi mereka. Mereka bahkan tak menceritakan hal itu pada anak
Luther dan Nora.
Novel ini
sederhana tapi amat menyentuh. Ada kritikan bagi natal khas Amerika yang meriah
namun boros. Tapi biar bagaimana pun, merayakan natal sesungguhnya membagi
sukacita. Ada tradisi–tradisi perayaan yang telah lazim ada dan menjadi ciri
khas. Intinya mungkin bukan pada tidak merayakan natal demi menghemat. Tapi
bagaimana kita mengatur agar perayaan itu tak berlebihan, tak boros, dan tak
menyusahkan di tahun berikutnya.
Lantas,
seperti ketika saya menutup halaman terakhir The Partner, pada Skipping
Christmas pun saya berkata, tak ada rencana yang sungguh sempurna
secermat apapun kau merencanakannya.
Selamat
menyongsong natal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar