Senin, 03 Oktober 2011

"Hidup Seperti Diperkosa, Kalau Tidak Sanggup Melawan, Dinikmati Saja"

Kalimat diatas telah dipakai beberapa orang dalam hidup saya. Dan SAYA SANGAT TIDAK SEPENDAPAT dengan analogi tersebut. Masa kita menganalogikan hidup dengan perkosaan? Menurut saya, analogi itu sangat tidak tepat. Proses hidup dan perkosaan adalah dua hal yang berbeda, sehingga saya tidak terima jika orang mengibaratkan hidup dengan perkosaan. Okelah, seperti pendapat beberapa orang, ada unsur pemaksaan dalam hidup. Seperti saya yang saat SMA tak mau masuk jurusan IPA tapi dipaksa orang tua untuk masuk jurusan IPA. Ada unsur pemaksaan disitu dan saya tidak sanggup melawan maka akhirnya saya memutuskan untuk menikmati. Tapi perkosaan adalah sesuatu yang berbeda. Perkosaan mengandung unsur pemaksaan yang kriminal yang melukai harga diri seorang manusia. Jika dalam hidup, pemaksaan terhadap sesuatu yang bukan keinginan kita merampas hak kita dalam menentukan pilihan, namun selalu ada penghayatan atas hikmah yang membesarkan hidup manusia. Meski ada luka batin yang tertinggal di masa lalu namun luka itu tak bisa disamakan dengan luka akibat pemerkosaan.
Pemerkosaan merampas sesuatu yang paling bernilai dalam kehidupan seseorang. Sebagai perempuan, saya hanya mau bilang tidak ada perempuan gila yang karena perkosaan tidak sanggup melawan lantas menikmatinya. Selalu ada usaha untuk melawan. Perkosaan melukai seluruh kehidupan seorang prempuan. Ia akan membawa luka itu seumur hidupnya.

1 komentar: