Selasa, 17 Desember 2013

Skipping Christmas: Rencana Absen Natal


Natal segera tiba.

Sejak bekerja, Desember selalu menjadi bulan tersibuk. Banyak pekerjaan dikejar untuk diselesaikan. Saya mulai merasa ada gairah natal yang berbeda dari yang selalu saya rasakan ketika masih kanak–kanak. Kadang saya rindu kembali ke usia itu. Pada masa itu, kita sungguh penikmat bagi berbagai hal.

Dalam situasi seperti ini, saya selalu teringat novel John Grisham, Skipping Christmas.

Itu novel natal pertama yang saya baca. Saya tak sengaja membeli novel itu saat saya mencari buku Kimia Fisik di Toko Buku Suci. Yang menarik minat saya membelinya, bukan karena judul atau sinopsis ceritanya, melainkan karena nama John Grisham.

Belum lama sebelumnya, saya baru berkenalan dengan John Grisham. Saya membaca The Partner dan masih terpukau dengan ceritanya. The Partner adalah sebuah novel yang luar biasa. Ia sesempurna rencana sempurna dalam novel itu untuk membuat saya cukup lama terpukau. Karena keterpukauan yang masih menadi itu, saya membeli Skipping Christmas. 

Skipping Christmas menawar cerita yang lebih sederhana daripada The Partner. Ini menyentakkan saya. Membaca The Partner lalu membaca Skipping Christmas itu seperti merendam saya dalam air es begitu mengeluarkan saya dari air mendidih. Tapi tentang perbandingan ini, akan saya jabarkan lain waktu. Mari kita fokus pada Skipping Christmas dulu.

Skipping Christmas bercerita tentang pasangan suami istri paruh baya; Luther dan Nora Krank yang ingin absen merayakan natal. Cerita dimuka dengan kemuraman mereka pada hari Thanks Giving. Putri mereka yang bekerja di Peru, mengatakan ia tak bisa pulang ke rumah pada natal tahun tersebut. Luther dan Nora pun membayangkan natal akan sangat berbeda tanpa kehadiran anaknya. Itu adalah natal pertama tanpa sang anak.

Namun, Luther melihat sebuah berkah. Ia meninjau natal tahun sebelumnya dan berpikir, betapa banyak uang yang harus dikeluarkan untuk merayakan natal. Ada beberapa tradisi yang dianggapnya berlebihan. Ia merinci segala bentuk pengeluaran, mulai dari persiapan pohon natal dan dekorasi rumah, biaya makan minum tamu dan sebagainya. Ia merasa natal penuh dengan pemborosan. Setahun lebih ia bekerja membanting tulang demi pemborosan di akhir tahun. Kadang untuk anggaran natal, bonus hari raya atau akhir tahun pun tak menutupi. Malah terkadang orang harus berhutang untuk hal–hal demi kesenangan natal. Mereka bahkan harus pusing bagaimana membayar tagihan–tagihan di tahun yang baru. Bulan–bulan pertama dalam tahun yang baru selalu bulan - bulan susah. Keuangan serasa ada di titik dasar untuk membuat orang bersusah hati daripada bersemangat menyambut tahun yang baru, memaksa mereka bekerja keras setelah bersenang–senang, bahkan kerja keras itu harus dilakukan demi kesenangan natal berikutnya.

Serentetan perhitungan finansial membuat Luther sungguh pasti tak mau merayakan natal. Ia bakal absen. Keputusan ini dirasa aneh oleh para tetangga dan orang–orang sekitarnya. Kedua pasangan ini tinggal di kota kecil dimana kehidupan sosial menjadi penting. Berita tentang absen natal itu tersebar luas dengan cepat.

Sebagai ganti merayakan natal sebagaimana lazimnya, Luther telah menemukan kegiatan lain yang jauh lebih murah untuk merayakan natal, yaitu berlibur ke Pulau Karibia selama natal. Ia telah cermat menghitung dan hasilnya, mereka akan hemat dan tak bakal susah di tahun berikutnya.
Ia menertawakan para tetangganya yang melakukan persiapan menjelang natal. Ia mengejek kesusahan yang bakal mereka alami setelah kesenangan. Ia berpikir, saat mereka merayakan natal di Amerika dalam cuaca dingin dan penuh pemborosan, ia telah di Karibia, menikmati laut dan sinar matahari. Ia dan istrinya bahkan telah melakukan penghitaman kulit. Biaya untuk itu masih wajar dan tak berpotensi menumpuk utang untuk kesenangan.

Alhasil, ketiadaan persiapan membuat rumah Luther dan Nora menjadi satu–satunya yang berbeda diantara rumah–rumah di kompleks itu. Rumah itu nihil ornamen natal sebagaimana rumah yang lain. Tak ada pohon natal, hiasan kerlap – kerlip, boneka frosty di dekat cerobong asap, kue jahe, maupun kalkun. Saat semua orang membicarakan perbedaan itu, Luther tetap bersikukuh dengan rincian rencana natalnya yang serba hemat.

Tapi di sedetik ke depan siapa mampu meraba? Ketika rencana natal hemat Luther telah demikian matang, bencana mendadak datang. Sang anak menelepon tak berapa lama sebelum mereka ke Karibia. Si anak akan datang berlibur ke rumah. Ia mau membawa kekasih yang dijumpainya di Peru untuk merasakan natal ala Amerika di rumah orang tuanya. Yang mendebarkan, si anak menelepon ketika ia telah di bandara.

Luther dan Nora terhenyak. Rencana natal hemat tamat. Mereka terpaksa harus pontang–panting mempersiapkan natal demi anaknya. Buruknya, berbagai perlengkapan natal mulai habis stok di toko–toko. Kalau pun ada, kualitasnya tak memuaskan dan harganya melambung. Luther bahkan tak mendapatkan pohon natal sehingga nekat mencuri pohon natal dari rumah tetangganya yang sementara pergi berlibur natal di tempat lain.

Putrinya membuat Luther dan istrinya menjilat ludah sendiri. Dengan sembunyi–sembunyi mereka mempersiapkan natal sebagaimana biasanya. Mereka tak mau tetangga tahu dan balik mengolok. Karena desakan persiapan natal mereka yang sudah sangat terlambat itu, Luther sampai jatuh dari atap saat memasang boneka frosty. Kakinya cedera dan rencana natal mereka yang batal terpergoki tetangga.

Untungnya, para tetangga menyayangi anak Luther dan Nora. Ia tumbuh bersama anak–anak yang lain di kompleks itu. Maka mereka membantu mempersiapkan natal sebagaimana tradisi Amerika demi anak Luther dan Nora. Mereka menyumbang segala hal terkait itu dari milik pribadi mereka. Mereka bahkan tak menceritakan hal itu pada anak Luther dan Nora.

Novel ini sederhana tapi amat menyentuh. Ada kritikan bagi natal khas Amerika yang meriah namun boros. Tapi biar bagaimana pun, merayakan natal sesungguhnya membagi sukacita. Ada tradisi–tradisi perayaan yang telah lazim ada dan menjadi ciri khas. Intinya mungkin bukan pada tidak merayakan natal demi menghemat. Tapi bagaimana kita mengatur agar perayaan itu tak berlebihan, tak boros, dan tak menyusahkan di tahun berikutnya.

Lantas, seperti ketika saya menutup halaman terakhir The Partner, pada Skipping Christmas pun saya berkata, tak ada rencana yang sungguh sempurna secermat apapun kau merencanakannya.

Selamat menyongsong natal.

Sabtu, 10 Agustus 2013

Puisi Pablo Neruda

If You Forget Me

I want you to know
one thing

You know how this is:
if I look
at the crystal moon, at the red branch
of the slow autumn at my window
if I touch
near of fire
the impalpable ash
or the wrinkled body of the log
everything carries me to you
as if everything that exists
aromas, light, metals,
were little boats
that sail
toward those isles of yours that wait for me.

Well, now,
if little by little you stop loving me
I shall stop loving you little bu little

If suddenly
you forget me
do not look for me
for I shall already have forgotten you

If you think it long and mad
the wind of banners
that passes throught my life,
and you decide
to leave me at the shore
of the heart where I have roots,
remember
that on that day
at that hour
I shall lift my arms
and my roots will set off
to seek another land

But,
if each day
each hour
you feel that you are destined for me
with implacable sweetness
if each day a flower
climbs up to your lips to seek me
ah my love, ah my own
in me all that fire is repeated
in me nothing is extinguished or forgotten
my love feeds on your love, beloved
and as long as you live it will be in your arms
without leaving mine

Minggu, 23 Juni 2013

Puisi Kebun


Puisi Kebun

Ada yang pernah berkebun sesingkat satu musim panen
Sebelum kemarau melahap kehijauan yang subur
Di celah palawija, diam–diam tertitip syukur untuk masa yang tak harus berjumlah

Ada yang menapak akil balik dalam gelap
Air mata mengembun membutakan harapan
Esok bagai mustahil terpijak bagi yang ternista tanpa tiara

Ada yang tak pernah kenang, tatap pertama pada jumat yang terik
Tapi ada yang diam – diam menitip syukur pada tanah yang rengkah
Duhai, ada yang duduk membaca sementara dada telanjang menadah angin

Dunia sungguh semesta yang labirin
yang kalut melangkah asal, pasrah pada probabilistik
Betapa dipuja hari itu
Betapa elok musim ketika alam hanya bersolek kembang gamal violet
Nasib baik terijin bagi sua yang bukan sejarah memar

Ada yang pernah berkebun sesingkat satu musim panen
Sebelum kemarau melahap kehijauan yang subur
Di celah palawija, diam–diam tertitip syukur untuk masa yang tak harus berjumlah

Duhai, ada yang seakan gemar bertelanjang dada
memamer postur yang perwira
menadah lembab usai hujan lepas tengah hari

Yang kalut menapak kebun
menjemput esok yang riang
Diam – diam ia menitip gelora pada angin yang wangi petrichor
Oh, betapa aksen tuan melagu merdu
menerbit rona sewarna senja

Maka terijinlah semalam bersama jurnal
bermalam – malam bersama cerpen Kompas
sampai pena dan kertas menjadi lenso penyeka duka

Ada yang pernah berkebun sesingkat satu musim panen
Sebelum kemarau melahap kehijauan yang subur
Di celah palawija, diam–diam tertitip syukur untuk masa yang tak harus berjumlah


24 Juni 2013
untuk I.T