Tiba pada kamis sore,
21 April 2011, saya melewatkan prosesi Rabu Trewa dan Prosesi lainnya pada
kamis pagi. Tapi beruntungnya acara puncaknya pada Jumat Agung bisa saya ikuti.
Prosesi paskah di
Larantuka dikenal dengan Samana Santa. Perayaan ini sebenarnya telah dimulai
sejak pembukaan masa puasa pada hari Rabu Abu. Sepanjang pekan-pekan suci,
masyarakat Larantuka melakukan kegiatan doa bersama di gereja dan kapela -
kapela kecil (tori). Ada banyak sekali Tori di Larantuka. Sebagian besar dibangun
untuk menyimpan patung - patung kudus peninggalan jaman Portugis. Tersebarnya
Tori di Kota Larantuka membuat saya selalu merasakan kesakralan yang besar.
Saya kira, jiwa saya akan sangat tentram bila menetap disana. Saya
rekomendasikan Larantuka bagi anda yang ingin menghabiskan masa tua yang
tentram dan religius.
Inilah rangkaian prosesi
Paskah yang sesungguhnya mesti diikuti sejak hari rabu.
Rabu Trewa
Pada hari ini diadakan doa-doa
di kapela-kapela dan pada sore harinya diadakan lamentasi (Ratapan Nabi Yeremia) di gereja Katedral. Lamentasi dilakukan
menurut ritus Romawi jaman dahulu. Pada saat ini, Larantuka menjadi "Kota
berkabung"; sunyi senyap, tenang, jauh dari hingar-bingar, konsentrasi
pada kesucian batin dan kebersihan hidup.
Kamis Putih
Kota Larantuka hening pada
hari ini. Di siang hari dilakukan kegiatan "tikan turo" (menanam
tiang-tiang lilin) pada sepanjang jalan raya yang menjadi rute prosesi. Tugas
ini dilakukan oleh para mardomu sesuai "promesa-nya" (nasarnya).
Sementara itu, di kapela Tuan
Ma (Bunda Maria) dilakukan upacara "Muda Tuan" (upacara pembukaan
peti yang selama satu tahun ditutup) oleh petugas Confreria yang telah diangkat
melalui sumpah.
Arca Tuan Ma (Patung Bunda
Maria) akan dibersihkan dan dimandikan kemudian dilengkapi dengan busana
perkabungan, sehelai mantel warna hitam, ungu atau beludru biru. Kegiatan ini
dilakukan oleh lima suku besar di Larantuka. Kegiatan memandikan Patung Bunda
Maria ini tertutup untuk umum. Namun, setelah pemandian, warga akan mengambil
air mandi di bak lalu dipindahkan ke botol untuk dibawa pulang. Air ini
diyakini memiliki khasiat.
Tuan Ma hanya dikeluarkan
setahun sekali saat rangkaian Paskah. Umat diberi kesempatan umat untuk berdoa,
menyembah, bersujud mohon berkat dan rahmat, kiranya permohonannya dikabulkan
oleh Tuhan Yesus melalui perantaraan Bunda Maria (Per Mariam ad Jesum).
Pintu kapela Tuan Ma dan Tuan
Ana baru dibuka pada pagi pukul 10.00. Sesuai tradisi, Bapak Raja keturunan
Diaz Viera Godinho yang membuka pintu kapela. Sesudah dibuka baru dimulai
kegiatan pengecupan Tuan Ma dan Tuan Ana (Cium Tuan) yang berlangsung dalam
suasana hening dan sakral.
Sayangnya saya tak bisa
mengikuti prosesi ini. Prosesi Paskah saya di Larantuka dimulai dengan misa
kamis putih di Lewohala. Suasana misa disana jauh berbeda dengan di Kupang.
Mungkin karena disana umat katolik begitu fanatik dengan tradisi - tradisi
keagamaan. Sebagian besar masih mempertahankan tradisi - tradisi jaman
Portugis. Para conferia bisa kita temui di setiap gereja. Sungguh sebuah
semangat yang memelihara kesakralan dan keimanan yang teguh.
Jumat Agung
Prosesi Jumat Agung merupakan
perarakan menghantar jenasah Yesus Kristus yang memaknai Yesus sebagai inti
sedangkan Bunda Maria adalah pusat perhatian, Bunda yang bersedih, Bunda yang
berduka cita (Mater Dolorosa).
Pada hari Jumad pagi sekitar
pukul 10.00, ritus Tuan Meninu dari Kota Rewido digelar. Kapela Tuan Meninu
terletak di tengah pemukiman dan menghadap ke laut. Saya merasakan sebuah
perkabungan besar ketika berada di tengah kota Larantuka. Semua orang berbaju
serba hitam, tidak hanya para petugas di tiap kapela tapi juga para peziarah.
Saya belum pernah mengalami Jumat Agung yang demikian berkabung.
Untuk masuk ke dalam kapela
Tuan Meninu, kita harus menitipkan tas, menonaktifkan ponsel, dan melepas alas
kaki. Sejak dari pintu masuk, kita berarak sambil berlutut ke dalam kapela.
Suasana di dalam kapela
sungguh sebuah perkabungan. Mereka yang berwenang atas kapela tersebut telah
ada di dalam kapela, memanjatkan doa - doa dan lagu - lagu. Kita berarak dan
mencium patung - patung yang ada di sana. Sebagian besarnya tertutup, hanya
yang berwenang saja yang diperbolehkan membuka. Kita juga berkesempatan untuk
memanjatkan doa. Setelah itu, lilin yang kita bawa diberikan kepada petugas.
Patung dari Tuan Meninu ini
akan diarak lewat laut menuju katedral. Perarakan ini dikenal juga dengan
prosesi bahari. Prosesi itu baru akan digelar pada tengah hari.
Sambil menanti waktu prosesi,
saya dan saudara - saudara memutuskan untuk pergi mengunjungi kapela Wure di
Adonara. Disana terdapat patung Tuhan Yesus yang besar sekali dan kelihatan
hidup.Patung itu adalah perubahan wujud seorang lelaki yang ditemui seorang
nenek ketika hendak berlayar dengan perahunya. Disana ada pula ayam dan
perlengkapan si nenek yang juga berubah jadi patung.
Perjalanan ke Wure melewati
laut menggunakan kapal motor. Kapelanya berada di dekat pantai, tak jauh dari
dermaga. Sepanjang perjalan kesana telah terpasang tiang-tiang lilin untuk
prosesi Jumat Agung. Sebagaimana di kapela Tuan Meninu, kita harus menitipkan
tas dan tidak mencipta keributan dengan ponsel. Sebelum memasuki kapela, kita
bisa membeli sebotol air mineral dan diserahkan ke panitia. Air kita akan
ditambahkan dengan air dari kapela untuk dibawa pulang. Air tersebut dapat
diambil setelah kita melakukan penyembahan di kapela. Selain air, diberikan
pula minyak. Keduanya diyakinia memberi berkat bagi kita.
Perarakan menuju kapela juga
dengan bertelanjang kaki dan berlutut. Di dalamnya telah ada orang-orang yang
berwenang atas penyelenggaraan prosesi. Mereka memanjatkan doa dan nyanyi-
nyanyian juga menjaga setiap patung yang ada di dalam sana.
Dengan pengaturan waktu yang baik kita tak akan
terlambat untuk prosesi bahari. Saya tidak beruntung untuk yang satu ini. Saya
sarankan sebaiknya ke Wure terlebih dahulu sebelum ke Tuan Meninu dan
diusahakan sepagi mungkin.
Prosesi pengantaran Tuan Meninu diawali oleh satu
orang terpilih dari suku khusus yang menjunjung patung Tuan Meninu dari atas
kapel menuju sampan khusus. Pada sampan ini, Tuan Meninu diletakkan di bagian
depan dan satu orang pembawanya di belakang. Prosesi pengantaran ini diiringi
warga menuju ke armida (tempat penataan patung) di dalam Kota Larantuka.
Untuk membuka jalan, anak-anak suku khusus berada
di barisan depan iringan prosesi laut dari seberang Larantuka ini. Satu sampan
berisi dua anak suku yang disebut laskar kecil. Sebanyak 7-8 sampan laskar
kecil ini mengawal Tuan Meninu. Di belakangnya, warga mengikuti prosesi laut
menuju ke pesisir. Perjalanan laut menuju Pohon Sirih berlangsung satu jam. Di
pesisir pantai, warga dari dalam Kota Larantuka sudah menunggu.
Setibanya di
Pohon Sirih, Tuan Meninu diantar menuju armida Pohon Sirih. Selanjutnya, warga
berjalan menuju kapel Tuan Ma, lalu menjemput Tuan Ana, dan bersama warga
menuju Gereja Katedral Larantuka. Uniknya sampan-sampan yang akan digunakan
beraksesoris serba hitam. Benar-benar terasa suasana duka.
Pada jam tiga sore, sebagaimana lazimnya digelar
misa Jumat Agung, disitu akan diakan penciuman salib dan pembacaan kisah
sengsara Tuhan Yesus.
Kemudian, Malam puncaknya adalah perarakan Arca-Arca
kudus mengelilingi Kota Larantuka.
Dalam pelaksanaannya, perjalanan prosesi
mengelilingi kota Larantuka menyinggahi 8 buah perhentian (armada) yakni : (1)
Armida Missericordia, (2) Armida Tuan Meninu (armada kota), (3) Armida St.
Philipus, (4) Armida Tuan Trewa, (5) Armida Pantekebi, (6) Armida St. Antonius,
(7) Armida Kuce Armida, dan (8) Armida Desa Lohayong (www.florestimurkab.go.id)
Sepanjang perarakan, umat membawa lilin dan
berdoa. Luar biasa, disepanjang perjalanan, lilin - lilin menyala pada tiang -
tiang lilin. Para Peziarah berjalan berkelompok dan memanjatkan berdoa
sepanjang perjalanan. Pada setiap perhentian patung di tiap Armida, peziarah
juga berhenti. Pada saat itu kita akan mendengar kumandang Ofos yang membuat
merinding. Di setiap Armida berjaga mereka yang berwenang bagai menjaga orang
mati. Semua serba berpakaian hitam dan khusyuk berdoa. Dan di setiap rumah yang
dilewati arca, si pemilik ruman meletakkan patung - patung atau gambar -gambar
kudus di depan rumahnya dengan diterangi lilin. pintu - pintu rumah pun dibuka
lebar.
Perarakan akan berakhir kembali di katedral. Ada
yang unik di sini. Para pembawa peti adalah mereka yang mempunyai nazar khusus.
Mereka telah menjalani puasa dan persyaratan lainnya. Wajah mereka ditutupi
bahkan matapun sulit dilihat. Di Katedral Ofos kembali dikumandangkan.
Setelah berkat dan perutusan, umat masih
diperkenankan untuk mencium patung Tuan Ma.
Rangkaian Tri hari Suci Berakhir pada Sabtu Santo.
Pada pagi hari, arca-arca diarak kembali ke Kapelanya dan baru akan dikeluarkan
tahun berikutnya
Pada malam hari digelar misa malam paskah. Lonceng
gereja kembali berdentang saat lagu kemuliaan kembali dinyanyikan. Kita bersuka
cita, Kristus telah menderita dan bangkit untuk menebus dosa - dosa kita.
Harapan
Betapa bahagia saya mempunyai kesempatan merayakan
paskah disana. Ada tradisi kuno yang mengizinkan saya merenungi pengalaman iman
yang luar biasa selama sepuluh tahun ini. Karya Tuhan begitu luar biasa.
Saya harap, saya berkesempatan mengikuti prosesi
disana lagi pada tahun-tahun yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar