Sabtu, 11 Februari 2012

Prosesi Paskah Di Larantuka (Bagian 2: Doa - Doa Syukur di Kota Renya)

Tiba pada kamis sore, 21 April 2011, saya melewatkan prosesi Rabu Trewa dan Prosesi lainnya pada kamis pagi. Tapi beruntungnya acara puncaknya pada Jumat Agung bisa saya ikuti.

Prosesi paskah di Larantuka dikenal dengan Samana Santa. Perayaan ini sebenarnya telah dimulai sejak pembukaan masa puasa pada hari Rabu Abu. Sepanjang pekan-pekan suci, masyarakat Larantuka melakukan kegiatan doa bersama di gereja dan kapela - kapela kecil (tori). Ada banyak sekali Tori di Larantuka. Sebagian besar dibangun untuk menyimpan patung - patung kudus peninggalan jaman Portugis. Tersebarnya Tori di Kota Larantuka membuat saya selalu merasakan kesakralan yang besar. Saya kira, jiwa saya akan sangat tentram bila menetap disana. Saya rekomendasikan Larantuka bagi anda yang ingin menghabiskan masa tua yang tentram dan religius.

Inilah rangkaian prosesi Paskah yang sesungguhnya mesti diikuti sejak hari rabu.

Rabu Trewa
Pada hari ini diadakan doa-doa di kapela-kapela dan pada sore harinya diadakan  lamentasi (Ratapan Nabi Yeremia) di gereja Katedral. Lamentasi dilakukan menurut ritus Romawi jaman dahulu. Pada saat ini, Larantuka menjadi "Kota berkabung"; sunyi senyap, tenang, jauh dari hingar-bingar, konsentrasi pada kesucian batin dan kebersihan hidup.


Kamis Putih
Kota Larantuka hening pada hari ini. Di siang hari dilakukan kegiatan "tikan turo" (menanam tiang-tiang lilin) pada sepanjang jalan raya yang menjadi rute prosesi. Tugas ini dilakukan oleh para mardomu sesuai "promesa-nya" (nasarnya).

Sementara itu, di kapela Tuan Ma (Bunda Maria) dilakukan upacara "Muda Tuan" (upacara pembukaan peti yang selama satu tahun ditutup) oleh petugas Confreria yang telah diangkat melalui sumpah. 

Arca Tuan Ma (Patung Bunda Maria) akan dibersihkan dan dimandikan kemudian dilengkapi dengan busana perkabungan, sehelai mantel warna hitam, ungu atau beludru biru. Kegiatan ini dilakukan oleh lima suku besar di Larantuka. Kegiatan memandikan Patung Bunda Maria ini tertutup untuk umum. Namun, setelah pemandian, warga akan mengambil air mandi di bak lalu dipindahkan ke botol untuk dibawa pulang. Air ini diyakini memiliki khasiat.
Tuan Ma hanya dikeluarkan setahun sekali saat rangkaian Paskah. Umat diberi kesempatan umat untuk berdoa, menyembah, bersujud mohon berkat dan rahmat, kiranya permohonannya dikabulkan oleh Tuhan Yesus melalui perantaraan Bunda Maria (Per Mariam ad Jesum).

Pintu kapela Tuan Ma dan Tuan Ana baru dibuka pada pagi pukul 10.00. Sesuai tradisi, Bapak Raja keturunan Diaz Viera Godinho yang membuka pintu kapela. Sesudah dibuka baru dimulai kegiatan pengecupan Tuan Ma dan Tuan Ana (Cium Tuan) yang berlangsung dalam suasana hening dan sakral.

Sayangnya saya tak bisa mengikuti prosesi ini. Prosesi Paskah saya di Larantuka dimulai dengan misa kamis putih di Lewohala. Suasana misa disana jauh berbeda dengan di Kupang. Mungkin karena disana umat katolik begitu fanatik dengan tradisi - tradisi keagamaan. Sebagian besar masih mempertahankan tradisi - tradisi jaman Portugis. Para conferia bisa kita temui di setiap gereja. Sungguh sebuah semangat yang memelihara kesakralan dan keimanan yang teguh.


Jumat Agung
Prosesi Jumat Agung merupakan perarakan menghantar jenasah Yesus Kristus yang memaknai Yesus sebagai inti sedangkan Bunda Maria adalah pusat perhatian, Bunda yang bersedih, Bunda yang berduka cita (Mater Dolorosa).

Pada hari Jumad pagi sekitar pukul 10.00, ritus Tuan Meninu dari Kota Rewido digelar. Kapela Tuan Meninu terletak di tengah pemukiman dan menghadap ke laut. Saya merasakan sebuah perkabungan besar ketika berada di tengah kota Larantuka. Semua orang berbaju serba hitam, tidak hanya para petugas di tiap kapela tapi juga para peziarah. Saya belum pernah mengalami Jumat Agung yang demikian berkabung.


Untuk masuk ke dalam kapela Tuan Meninu, kita harus menitipkan tas, menonaktifkan ponsel, dan melepas alas kaki. Sejak dari pintu masuk, kita berarak sambil berlutut ke dalam kapela.

Suasana di dalam kapela sungguh sebuah perkabungan. Mereka yang berwenang atas kapela tersebut telah ada di dalam kapela, memanjatkan doa - doa dan lagu - lagu. Kita berarak dan mencium patung - patung yang ada di sana. Sebagian besarnya tertutup, hanya yang berwenang saja yang diperbolehkan membuka. Kita juga berkesempatan untuk memanjatkan doa. Setelah itu, lilin yang kita bawa diberikan kepada petugas.

Patung dari Tuan Meninu ini akan diarak lewat laut menuju katedral. Perarakan ini dikenal juga dengan prosesi bahari. Prosesi itu baru akan digelar pada tengah hari.

Sambil menanti waktu prosesi, saya dan saudara - saudara memutuskan untuk pergi mengunjungi kapela Wure di Adonara. Disana terdapat patung Tuhan Yesus yang besar sekali dan kelihatan hidup.Patung itu adalah perubahan wujud seorang lelaki yang ditemui seorang nenek ketika hendak berlayar dengan perahunya. Disana ada pula ayam dan perlengkapan si nenek yang juga berubah jadi patung.

Perjalanan ke Wure melewati laut menggunakan kapal motor. Kapelanya berada di dekat pantai, tak jauh dari dermaga. Sepanjang perjalan kesana telah terpasang tiang-tiang lilin untuk prosesi Jumat Agung. Sebagaimana di kapela Tuan Meninu, kita harus menitipkan tas dan tidak mencipta keributan dengan ponsel. Sebelum memasuki kapela, kita bisa membeli sebotol air mineral dan diserahkan ke panitia. Air kita akan ditambahkan dengan air dari kapela untuk dibawa pulang. Air tersebut dapat diambil setelah kita melakukan penyembahan di kapela. Selain air, diberikan pula minyak. Keduanya diyakinia memberi berkat bagi kita.


Perarakan menuju kapela juga dengan bertelanjang kaki dan berlutut. Di dalamnya telah ada orang-orang yang berwenang atas penyelenggaraan prosesi. Mereka memanjatkan doa dan nyanyi- nyanyian juga menjaga setiap patung yang ada di dalam sana.


Dengan pengaturan waktu yang baik kita tak akan terlambat untuk prosesi bahari. Saya tidak beruntung untuk yang satu ini. Saya sarankan sebaiknya ke Wure terlebih dahulu sebelum ke Tuan Meninu dan diusahakan sepagi mungkin.


Kembali pada prosesi bahari, Tuan Meninu diarak lewat laut.

Prosesi pengantaran Tuan Meninu diawali oleh satu orang terpilih dari suku khusus yang menjunjung patung Tuan Meninu dari atas kapel menuju sampan khusus. Pada sampan ini, Tuan Meninu diletakkan di bagian depan dan satu orang pembawanya di belakang. Prosesi pengantaran ini diiringi warga menuju ke armida (tempat penataan patung) di dalam Kota Larantuka.

Untuk membuka jalan, anak-anak suku khusus berada di barisan depan iringan prosesi laut dari seberang Larantuka ini. Satu sampan berisi dua anak suku yang disebut laskar kecil. Sebanyak 7-8 sampan laskar kecil ini mengawal Tuan Meninu. Di belakangnya, warga mengikuti prosesi laut menuju ke pesisir. Perjalanan laut menuju Pohon Sirih berlangsung satu jam. Di pesisir pantai, warga dari dalam Kota Larantuka sudah menunggu. 

Setibanya di Pohon Sirih, Tuan Meninu diantar menuju armida Pohon Sirih. Selanjutnya, warga berjalan menuju kapel Tuan Ma, lalu menjemput Tuan Ana, dan bersama warga menuju Gereja Katedral Larantuka. Uniknya sampan-sampan yang akan digunakan beraksesoris serba hitam. Benar-benar terasa suasana duka.


Pada jam tiga sore, sebagaimana lazimnya digelar misa Jumat Agung, disitu akan diakan penciuman salib dan pembacaan kisah sengsara Tuhan Yesus.
Kemudian, Malam puncaknya adalah perarakan Arca-Arca kudus mengelilingi Kota Larantuka.

Dalam pelaksanaannya, perjalanan prosesi mengelilingi kota Larantuka menyinggahi 8 buah perhentian (armada) yakni : (1) Armida Missericordia, (2) Armida Tuan Meninu (armada kota), (3) Armida St. Philipus, (4) Armida Tuan Trewa, (5) Armida Pantekebi, (6) Armida St. Antonius, (7) Armida Kuce Armida, dan (8) Armida Desa Lohayong (www.florestimurkab.go.id)

Sepanjang perarakan, umat membawa lilin dan berdoa. Luar biasa, disepanjang perjalanan, lilin - lilin menyala pada tiang - tiang lilin. Para Peziarah berjalan berkelompok dan memanjatkan berdoa sepanjang perjalanan. Pada setiap perhentian patung di tiap Armida, peziarah juga berhenti. Pada saat itu kita akan mendengar kumandang Ofos yang membuat merinding. Di setiap Armida berjaga mereka yang berwenang bagai menjaga orang mati. Semua serba berpakaian hitam dan khusyuk berdoa. Dan di setiap rumah yang dilewati arca, si pemilik ruman meletakkan patung - patung atau gambar -gambar kudus di depan rumahnya dengan diterangi lilin. pintu - pintu rumah pun dibuka lebar.

Perarakan akan berakhir kembali di katedral. Ada yang unik di sini. Para pembawa peti adalah mereka yang mempunyai nazar khusus. Mereka telah menjalani puasa dan persyaratan lainnya. Wajah mereka ditutupi bahkan matapun sulit dilihat. Di Katedral Ofos kembali dikumandangkan.

Setelah berkat dan perutusan, umat masih diperkenankan untuk mencium patung Tuan Ma.


Sabtu Santo
Rangkaian Tri hari Suci Berakhir pada Sabtu Santo. Pada pagi hari, arca-arca diarak kembali ke Kapelanya dan baru akan dikeluarkan tahun berikutnya


Pada malam hari digelar misa malam paskah. Lonceng gereja kembali berdentang saat lagu kemuliaan kembali dinyanyikan. Kita bersuka cita, Kristus telah menderita dan bangkit untuk menebus dosa - dosa kita.


Harapan
Betapa bahagia saya mempunyai kesempatan merayakan paskah disana. Ada tradisi kuno yang mengizinkan saya merenungi pengalaman iman yang luar biasa selama sepuluh tahun ini. Karya Tuhan begitu luar biasa.

Saya harap, saya berkesempatan mengikuti prosesi disana lagi pada tahun-tahun yang akan datang.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar